Terjemahkan Ke Bahasa
EnglishGermanDutchPortugueseItalianRussianGreekBrazilianFrenchArabicJapaneseKoreanChineseIndonesian

Tersedia Space Iklan, Silahkan beriklan disini. Hanya Rp. 15.000/Bulan !

ALT/TEXT GAMBAR ALT/TEXT GAMBAR ALT/TEXT GAMBAR ALT/TEXT GAMBAR

Hard Cluster Merugikan Pengecer Pulsa


Apa itu Hard Cluster?  apa alasan para provider menerapkan kebijakan ini? dan seberapa besar dampaknya bagi dunia penjual pulsa? mari kita coba bahas sedikit di sini.
Hard Cluster sebenarnya adalah tahapan lebih lanjut dari clusterisasi yang sudah dilakukan sekarang. Saat ini XL sudah melakukan clusterisasi dengan membagi area seluruh Indonesia menjadi 192 cluster serta melakukan geolocking untuk chip masing-masing agar chip tersebut hanya dapat digunakan pada cluster yang sudah ditentukan saja.
Setiap dealer XL diberi area garapan masing-masing dengan harapan agar fokus menggarap clusternya. Tujuan clusterisasi sampai tahap ini adalah agar dealer dari suatu operator bisa fight dengan dealer dari operator yang lain dalam menggarap areanya dan tidak bersaing dengan dealer sesama operator. Sebelum ada cluster bisa jadi ada area yang diperbutkan oleh beberapa dealer dari satu operator sementara ada area lain yang justru tidak ada yang menggarapnya.
ada 3 tahapan yang dilakukan para provider sebelum menerapkan Hard Cluster apa saja itu?
Kita coba ambil contoh pada M-KIOS
1. Dominasi Stok
tahapan awal ini para distributor diminta untuk menjual stok ke reseller dan server di clusternya masing-masing belum memperhitungkan kemana stok tersebut akan dijual. Targetnya adalah 80% di cluster dan toleransi 20% di luar cluster, dalam tahap ini clusternya boleh dibilang masih setengah-setengah karena chip mkios masih bisa jika ingin dipake diluar cluster dealer yang sudah ditentukan.
2. Konsolidasi Jalur Distribusi
Tahap selanjutnya adalah konsolidasi channel dimana cluster-cluster dealer sudah dipastikan dan ditetapkan, di tahap ini mungkin sudah ada geolocking chip mkios hanya bisa digunakan di cluster yang sudah ditentukan dealernya. Pengisiannya masih bisa ke nomer diluar cluster.
3. Hard Cluster
pemberlakuan kebijakan dimana chip yang melakukan pengisian (A number) harus diposisi cluster yang sama dengan yang diisi (B number). Teknik yang digunakan sampai tahap ini adalah pembacaan BTS B number pada saat dilakukan pengisian, jadi bukan membaca HLR lagi. tetapi lebih kepada posisi dimana nomor tersebut berada. Apa tujuannya? Tujuannya adalah agar operator bisa mendistribusikan stoknya secara lebih presisi sesuai dengan kebutuhan cluster masing-masing. Kebutuhan stok di tiap cluster dapat dihitung. Selama ini operator mengalami kesulitan untuk mendapatkan data berapa sebenarnya kebutuhkan real di tiap cluster karena barang yang ada di cluster tersebut sering dijual melalui server ke cluster lain lewat h2h dsb.
hardcluster Versi II” akan dijalankan oleh Telkomsel pada Januari 2012, berikut keterangannya yang kami sadur dari berbagai sumber
Pada saat tulisan ini dibuat, sudah 2 minggu hardcluster Telkomsel dijalankan. Sejak 4 Januari 2012 berlaku KPI yang baru, di antaranya adalah:
Persentase cross region5%
Persentase cross cluster (outer cluster)15%

Angka tersebut dinilai banyak pihak sangat ketat dan berat untuk diterapkan. Akibatnya sudah jelas, supaya raport dealer bagus dan tidak kena SP (Surat Peringatan) dari Telkomsel maka dealer lebih memilih menumpuk alokasi, dari pada membuka suplai untuk server pulsa sebab ada resiko tinggi. Efeknya jelas, banyak server pulsa yang terganggu suplainya.
Mayoritas Server pulsa memiliki kecenderungan cross cluster dan cross region tinggi sebab agennya tersebar di banyak wilayah dan tidak dikelola sesuai keinginan principal (Telkomsel). Sebagian besar begitu, tapi tidak semua server pulsa seperti itu. Ada kok yang bisa mengelola agen dan mengelola suplai sehingga persentase cross clusternya kecil.
Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, saya menebak aturan ini tidak akan bertahan lama. Sampai berapa lama dealer bisa menahan alokasi yang menumpuk? Tidak akan sampai 1 bulan. Tidak percaya? Coba lihat, baru minggu ke-2 sudah ada kelonggaran dan sudah ada yang berani jual lintas lewat H2H. Setidaknya pada minggu ke-4, dealer harus melunasi semua kewajibannya (hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, pajak dan membayar gaji pegawainya). Jika biaya operasional mereka di kisaran Rp. 250 juta per bulan, itu artinya mereka butuh revenue minimal Rp. 10 Miliar hanya untuk menutupi biaya operasionalnya.
Kalaupun harus mengandalkan penjualan dari ROC (Red Outlet Community), kemungkinan besar tidak semua alokasi bisa terserap. Hal itu dipengaruhi dari karakteristik ritel outlet yang kapasitas distribusinya memang tidak besar. Tidak semua outlet sanggup mengelola uang di atas Rp. 50 juta per hari. Cashflow di atas Rp. 50 juta per hari bisa membuat mereka mabuk dan tidak rasional lagi. Itulah sebabnya dealer juga memiliki server supaya alokasi bisa terserap ke pedagang yang non-bankable tersebut. Pertanyaannya, apakah server dealer bisa menyerap alokasi tersebut? Seberapa besar?
Jadi untuk server pulsa sebetulnya cukup “puasa” tidak jualan Telkomsel antara 2 minggu sampai 4 minggu. Nah, berbeda dengan dealer yang kuat puasa 1 bulan lamanya, ternyata sampai hari ini tidak semua server pulsa sanggup berhenti jualan Telkomsel sampai 1 minggu. Baru distop satu minggu saja sudah kelabakan dan bahkan tutup. Apalagi harus puasa sampai 1 bulan lamanya?
Harap maklum, tidak semua pemilik server pulsa adalah pengusaha profesional. Sebagian besar adalah pedagang tradisional yang memiliki usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang penting jualan, tidak peduli mau dijual ke mana walau melanggar aturan. Jadi jangan harap mereka memiliki perencanaan sejauh itu. Ditanya omset per bulan berapa, belum tentu bisa jawab. Apalagi kalau ditanya, berapa lama bisa tahan kalau hari ini tidak dapat suplai?
Jangan bayangkan karakteristik pengusaha yang berpikiran maju dan tahan banting. Berbeda dengan karakteristik UKM yang pada umumnya tahan terhadap krisis, mereka sangat rentan terhadap gejolak apalagi krisis. Daya tahan ekonominya juga lemah, jika terjadi gejolak hari ini, dalam hitungan hari bisa kolaps.
Mereka juga sangat emosional dan tindakannya bisa jadi tidak masuk akal. Mereka akan rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah, bahkan ratusan juta rupiah untuk membakar kartu perdana Telkomsel. Tapi mereka tidak akan rela kalau uang tersebut digunakan untuk mengembangkan bisnisnya menjadi lebih baik. Itulah kenyataannya.
Beruntunglah jika Anda bermitra dengan server pulsa yang dikelola oleh pengusaha profesional. Setidaknya daya tahannya lebih baik dari yang lain. Alhamdulilah sudah banyak server pulsa yang usahanya dikelola dengan profesional.
Jadi dalam pandangan saya, semua pihak baik Telkomsel, Dealer, Outlet dan Server Pulsa memang sama-sama tidak siap secara fisik, mental dan finansial untuk melaksanakan hardcluster sesuai sasaran.
Di sisi lain, sebetulnya Telkomsel memberlakukan aturan seperti ini sejak tahun 2007. Waktu itu Juni 2007, Telkomsel mulai memberlakukan regionalisasi. Kemudian dilanjutkan dengan clusterisasi mulai 2010. Kita bisa lihat bahwa sampai hari ini pekerjaan tersebut tidak kunjung selesai.
Apakah tahun 2013 mendatang Telkomsel masih mengulang pekerjaannya yang belum selesai sampai hari ini dan membiarkan dirinya terus jatuh ke lubang yang sama? Apakah tahun mendatang dealer harus menahan suplai sampai kehabisan cash lagi? Apakah di tahun mendatang server harus kelabakan dan demo ke Telkomsel lagi? Keledai saja tidak jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali.
Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.
Note:
Mari kita ambil pelajaran dari Kasus XL yang Stok-nya muntah-muntah menjelang Lebaran hingga saat Ini !..
Waalahualam
Original Posted By Pojok Pulsa

home

Have Fun ! Kalkulator Cinta

Ini hanyalah simulasi dan perkiraan. Bukan ramalan dan tanpa bermaksud mendahului keputusan Tuhan. Selamat Menikmati sajian hiburan dari Arief Pulsa
+ =